Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Tsunami Terjadi? Alasannya Banyak Orang Masih Buta Pengetahuan Tentangnya

Makalah ini menjelaskan proses terbentuknya tsunami. Semoga informasi tersebut dapat membuat kita lebih siap menghadapi bencana tersebut dan mampu bertahan hidup dari dampak merusakkannya. Selamat menikmati pembacanya.

---

bergabung dengan WhatsApp Channel, ikuti dan temukan informasi terkini kami disini

---

Online.com - Tsunami sebenarnya merupakan bahaya yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Akan tetapi, kita mampu untuk berlindung apabila mengetahui indikasi-indikasinya. Paling tidak, hal ini akan membantu dalam menyelamatkan diri dari kehancurannya.

Benarkah demikian tentang terbentuknya tsunami? Kenapa sebagian besar orang masih tidak mengetahuinya?

Pengertian tsunami

Menurut laporan Kompas.com, kata tsunami berasal dari bahasa Jepang dan berarti 'gelombang pelabuhan'. Sebagaimana didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tsunami merujuk pada gelombang besar lautan yang timbul akibat guncangan gempa bumi ataupun erupsi gunungapi di perairan bagian bawah laut.

Berdasarkan informasi dari situs Weather.gov, tsunami merupakan deretan gelombang yang signifikan akibat pergerakan cepat dan mendadak di dasar laut contohnya guncangan gempa bumi, kegiatan gunung berapi meletus serta longsoran tanah. Cepatan ombak tsunami sangat bergantung pada ketinggian air lautan.

Di dasar lautan yang luas, tsunami jarang teramati tetapi kelajuannya bisa melebihi 800 km setiap jam. Ketika ombak tersebut memasuki daerah dengan kedalaman air yang rendah, kecepatannya menurun hingga kisaran 30 sampai 50 km per jam.

Menurut Ensiklopedia Bencana 1: Tsunami (2016), hasil kerja sama antara Rani Siti Fitriani dan teman-temannya, menyatakan bahwa sebuah tsunami adalah suatu gelombang air dengan ukuran raksasa yang muncul mendadak. Biasanya, fenomena ini dipicu oleh gempa bumi; namun, penyebab lain termasuk letusan Gunung Api serta kejadian tanah runtuh.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami meliputi:

1. Longsor

Laut pun menampilkan topografi permukaan bumi serupa dengan tebing atau bukit, mirip dengan daratan. Guncangan dari gempa bumi serta pergerakan gelombang laut secara konstan dapat mengakibatkan tebing dan bukit ini tidak stabil, sehingga memicu tanah longsor.

Sebagian dari tebing dan bukit yang ambruk itu dapat menyebabkan timbulnya gelombang tsunami. Salah satu contoh nyata adalah Bencana Tsunami Alaska yang tercatat pada tahun 1958. Gelombang tsunami ini muncul setelah gempa bumi menggoyahkan sesar Fairweather, hal ini kemudian menimbulkan longsor bebatuan mencapai volume hingga 30 juta meter kubik atau bobot sebesar kurang lebih 90 juta ton di dalam Teluk Lituya, Alaska.

2. Gunung meletus

Gunung api dengan tipe letusan yang sangat eksplosif berpotensi memicu terjadinya Tsunami. Gunung Krakatau merupakan contoh gunung api dengan tipe letusan Plinian atau tipe letusan yang dampak kerusakannya sangat besar hingga menghancurkan tubuh gunung api tersebut.

Letusan Gunung Karatau pada tahun 1883, memiliki kekuatan yang sangat besar yang suaranya terdengan hingga keluar wilayah Indonesia dan menyisakan hanya seperempat bagian pulau. Kekuatan letusan inilah yang menyebabkan terjadinya tsunami di berbagai wilayah di dunia.

3. Gempa bumi

Di Indonesia, tsunami kebanyakan terjadi akibat gempa bumi. Jika terjadi gempa besar, BMKG akan mengumumkan tentang ukuran gempa, jangkauan wilayah dan potensi terjadinya tsunami.

Gempa yang menyebabkan tsunami biasanya berkekuatan di atas 7 skala richter dan terjadi di zona subduksi atau penunjaman lempeng. Contohnya Tsunami Aceh yang terjadi pada tahun 2004 akibat gempa bumi berkekuatan 9,1 skala richter.

Dari situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD), proses terjadinya tsunami diawali dari gempa bumi yang menyebabkan rekahan di dasar laut. Air laut kemudian masuk ke rekahan dan pantai menjadi surut. Air tersebut dimuntahkan kembali sehingga membentuk gelombang yang tinggi dan cepat.

Tsunami memiliki petunjuk tertentu. Tidak semua guncangan bumi yang kuat menghasilkan tsunami. Walaupun cukup rumit untuk ditebak tanpa adanya peralatan khusus, namun masih ada indikasi sebelum terjadi tsunami.

Menurut Buku Pintar Penanggulangan Tsunami (2021), karangan Puput Alvani, indikasi-indikasi terbentuknya tsunami, antara lain:

1. Dimulai dengan terjadinya guncangan tanah akibat gempa yang lokasinya ada di dasar laut atau tak jauh dari perairan.

2. Terdengar deru setelah guncangan tetapi lingkungan di sekitarnya sunyi dan damai.

3. Perairan lautan mundur dengan kecepatan tinggi lalu meningkat lagi tak berbeda cepatnya.

Seperti halnya bencana lain, tsunami memiliki konsekuensi tersendiri. Gelombang raksasa dan aliran air yang begitu kencang menjadi ciri utama dari fenomena ini. Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh tsunami meliputi:

1. Gaya serta arus kuat dari gelombang tsunami mampu menghancurkan perahu, kendaraan, dan struktur bangunan sehingga berpotensi menimbulkan cedera bahkan kematian.

2. Menyebabkan korban hilang akibat terbawa arus air yang menuju ke daratan maupun yang kembali ke laut

3. Banjir berlangsung selama beberapa hari terus-menerus.

4. Gelombang tsunami dengan ukuran kecil bisa merusak kapal-kapal yang berada di dermaga.

Bagaimana terjadinya tsunami?

Secara singkat telah dijelaskan tentang timbulnya tsunami. Secara umum, tsunami merupakan gelombang air lautan yang sangat besar dan merusak akibat dari peristiwa seperti gempa bumi atau letusan Gunung Berapi atau sebab-sebab lainnya.

Phenomenon ini pun kerap dikenal sebagai ombak malapetaka lautan dikarenakan akibatnya yang sangat merusak. Sesuai dengan informasi dari National Ocean Service, tsunami merupakan gelombang besar yang dipicu oleh guncangan gempa bumi ataupun erupsi gunung api di dasar laut.

Di dasar lautan yang dalam, ketinggian tsunami sebenarnya tak meningkat dengan drastis. Namun ketika gelombang ini mendekati pantai, baru mulailah ia membesar. Cepat lambatnya sebuah tsunami lebih ditentukan oleh kedalaman air laut bukan jarak dari titik asal gelombang tersebut.

Tsunami bisa bergerak sangat cepat di laut yang dalam, tetapi akan melambat ketika sampai di daerah perairan dangkal.

1. Proses terjadinya tsunami

Berdasarkan Britannica, setelah suatu gempa bumi ataupun dorongan energi lain muncul, serangkaian getaran osilasi maju yang simpel tersebar hingga mencapai jarak yang luas di permukaan lautan dengan bentuk lingkar yang semakin membesar.

Ini serupa dengan gelombang yang diciptakan saat batu kerikil jatuh ke dalam kolam danggit. Akan tetapi, di laut terbuka, tsunami bisa berjalan hingga kecepatan 800 kilometer setiap jamnya.

Ukuran panjang gelombang-nya cukup besar, kadang-kadang melebihi 500 kilometer, namun tingkat ketinggian atau amplitudonya sangat rendah, hanya berkisar antara 30 hingga 60 centimeter saja. Ketika gelombang ini semakin dekat menuju pesisir suatu benua, interaksi dengan peningkatan kedalaman dasar lautan dapat memperlambat kecepatannya. Setelah itu terjadi, ukuran panjang gelombang akan menyusut sementara tinggi atau amplitudo gelombang justru bertambah.

2. Kenaikan tingkat air di pesisir Pantai

Air di dekat pantai bisa meninggalkannya dan mencapai ketinggian 30 meter dari permukaan laut biasanya dalam rentang 10 hingga 15 menit. Setelah itu, pergerakan air di area daratan dangkal pun dimulai. Dari tiga sampai lima gelombang yang kuat ini dapat menyebabkan mayoritas kerusakan tersebut.

Biasanya terlihat seperti arus sungai yang sangat kuat yang bisa menyebabkan pohon tumbang, meruntuhkan gedung-gedung, serta mendorong kapal hingga jauh dari tepi pantai. Arus ini bahkan berpotensi mencuci bersih seluruh area pantai, semenanjung, dan struktur daratan rendah di sekitarnya.

Air mengalir seringkali bisa sama berbahaya dengan ombak awal atau malah lebih mematikan. Pergeserannya mungkin bertahan beberapa hari sampai lautan kembali stabil.

Seperti halnya gelombang air yang lain, tsunami berefek terhadap bentuk permukaan dasar laut di sekitar pesisir serta disebabkan oleh susunan garis pantai. Hal ini mengakibatkan dampaknya berbeda-beda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Terkadang, gelombang tsunami yang pertama kali datang di pantai mungkin merupakan palung gelombang. Dalam hal ini, air akan surut dan memperlihatkan dasar laut yang dangkal. Namun, puncak gelombang berpotensi mengikuti palung hanya dalam selang waktu beberapa menit kemudian.

Begitulah artikel tentang bagaimana terjadinya tsunami, semoga dengan ini kita bisa menyadari kedatangannya sehingga kita bisa selamat dari amukannya. Selamat membaca.