Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analisis: Relokasi Pabrik Otomotif Tanpa Transfer Teknologi, Mengapa?

Perbincangan tentang otomotif Indonesia tak pernah lepas dari pemosisian industri Indonesia dalam menghadapi gempuran model-model kendaraan baru dari luar. Termasuk, di dalamnya, adalah persoalan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dengan segala kompleksitasnya.

TKDN merujuk pada persentase yang menunjukkan seberapa besar komponen sebuah produk berasal dari dalam negeri. Tujuan diberlakukan kebijakan ini adalah untuk mendorong penggunaan produk lokal, mendukung industri dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Nilai presentase TKDN tersebut bersifat fleksibel dan dapat beralih sesuai dengan arahan pemerintah menangani masalah tertentu. Dapat menjadi lebih ketat pada satu waktu, lalu longgar pada periode selanjutnya.

Namun bukan hanya itu saja, salah satu tujuan terselubung yang dicapai melalui kebijakan TKDN adalah proses industrialisasi. transfer of technology , yaitu transfer teknologi, sehingga di masa depan, industri lokal bisa bertahan sendiri dan tidak lagi bergantung pada produk impor.

Terkait transfer ilmu pengetahuan dan teknologinya, Dr. Yannes Martinus Pasaribu, M.Sn., yang merupakan dosen, peneliti, serta pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menyebutkan bahwa sampai saat ini, proses tersebut belum berjalan.

Tanpa adanya transfer teknologi! Yang berlangsung hanyalah perpindahan pabrik, yakni pabrik komponen, lalu di tempat ini hanya akan ada packing untuk baterai dan sebagainya," ujar Yannes dalam Puncak Berkumpulnya Kendaraan Bermotor Energi Baru 2025 di Ruang Kerja MGP, Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Menurut dia, sejauh ini hanya industri yang telah "redup" saja yang berpindah ke Indonesia.

"Banyak perusahaan yang bergerak di bidang komponen yang masuk ke Indonesia merupakan sektor dengan tenaga kerja lembur, limbah berlimpah, dan konsumsi energi tinggi. Oleh karena itu, industri-industri ini cenderung menjadi jenis usaha yang akan mulai menurun," jelasnya.

Yannes mengatakan bahwa sektor yang telah merambah ke Indonesia hanya mencakup tingkatan 4, yaitu bagian paling mendasar dari industri otomotif. Menurutnya, ini seperti "industri baut."

"Brand dengan kasta lebih tinggi, seperti kasta 3, kemudian kasta 2, hingga merek dengan kasta 1 begitu lho, semua produsen ini pada dasarnya melakukan pemindahan besar-besaran dan memulai dari awal di Indonesia," jelas Yannes.

Bukan hanya itu saja, katanya lagi, TKDN saat ini belum mencerminkan dengan tepat proses pengalihan teknologi dan ilmu pengetahuan yang harus terjadi. Dia bertanya secara retorikal kepada Yannes, "Adakah R&D yang melibatkan sumber daya manusia lokal dalam industri kita?"

Ini adalah ide awal yang datang dari Presiden kedua, yaitu konsep TKDN meliputi penerapan transfer teknologi. Ini bertujuan agar negara kita bisa mempelajari cara meniru dengan bantuan keahlian yang didapatkan melalui sistem pendidikan politeknik, STM, serta universitas. Know-how Nah, kita bisa mencapai hasil berkualitas tinggi melalui peniruan tersebut. Dari sana kita dapat mengembangkan ide-ide, dan setelah itu barulah kita berkreasi. Namun, langkah pertama ini belum juga dimulai sampai saat ini," jelas Yannes.

"Sekali pun untuk mengembangkan kapabilitas lokal kita, yang perlu dilakukan adalah dengan cara mentransfer teknologi terlebih dahulu karena pastinya kita harus memiliki kemampuan dalam hal penjiplakan. Setelah melakukan proses transfer, mencoba, menirukan, dan mengembangkan, barulah dapat berinovasi," jelas Yannes.