Apa itu Thudong? Upacara Ziarah Kaki Biksu Sebelum Perayaan Waisak
Sebanyak 36 biksu dikabarkan telah tiba di Kendal dan bermalam di gereja ST Antonius Padua sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur, Magelang. Perjalanan sejauh ratusan kilometer tersebut dilaksanakan dalam rangka menyambut perayaan Tri Suci Waisak.
Oleh masyarakat dan budaya terkait, tradisi ini dikenal dengan sebutan thudong. Tradisi ini bukan dilakukan bukan tanpa makna, lho.Thudong sarat akan nilai dan implementasi ajaran Buddha Gautama. Berikut penjelasan apa itu thudong lebih lengkapnya.
Apa itu thudong?
Ritual Thudong merupakan praktik hidup sederhana yang dilakukan oleh para biksu. Praktiknya meliputi tiga pertama dari Empat Kebutuhan ( paccaya) yakni jubah, makanan, dan tempat berteduh.
Dilansir Access to Insight, tradisi ini sudah dilakukan selama lebih dari 2.500 tahun dan masih dijalani oleh para bhikku di berbagai negeri. Sayangnya, tidak banyak catatan terkait tradisi ini.
Di Thailand sendiri, banyak catatan kuno, religius, dan sekuler yang hancur dalam kebakaran ibu kota Ayuthaya pada 1767 M. Namun, sebelum waktu tersebut, sudah banyak bhikku Araññika (penghuni hutan).
Dalam praktiknya, para biksu menjalani kehidupan yang membuat mereka harus menghindari segala aktivitas yang berkaitan dengan unsur duniawi. Termasuk dengan menjauhi keramaian dan hidup di hutan serta mencari makanan dari rumah ke rumah.
Selain itu, para biksu juga melakukan perjalanan dengan membawa mangkuk pindapatta, Payung, atau kemah. Para biksu hanya memakai pakaian sederhana seperti jubah dan membawa perlengkapan seminimal mungkin.
Target dari penyelenggaraan thudong ini adalah untuk mengembangkan kesabaran yang dipandang sebagai bagian penting dari praktik dharma yang ketat. Sebab, peserta dituntut untuk tetap bertahan dalam kondisi sederhana, berhadapan langsung dengan cuaca terik maupun hujan.
Selanjutnya, mereka hanya mengonsumsi makanan sekali sehari dan meminum air sesedikit mungkin. Sementara itu, para biksu yang melaksanakan upacara thudong pun istirahat atau menetap di tempat semampu mereka.
Pelaksanaan thudong masa kini

Tindakan thudong yang berlangsung sampai saat ini adalah penerapan ajaran Buddha Gautama. Walaupun begitu, ada sejumlah penyesuaian yang sudah dibuat sesuai dengan perkembangan jaman.
Sebagai contoh, dulu ketika mereka ingin mencari kedamaian dengan meninggalkan kebisingan dan istirahat di dalam gua atau hutan, sekarang para biarawati bisa berteduh di vihara. Akan tetapi, perubahan ini tidak merubah makna utama dari ritual thudong itu sendiri.
Untuk menyambut peringatan hari raya Waisak 2025 yang akan datang pada tanggal 12 Mei 2025, upacara thudong digelar oleh beberapa birokrat agama dari berbagai negara seperti Malaysia, Kamboja, Amerika Serikat, Singapura, Thailand, serta Indonesia. Diharapkan mereka semua dapat berkumpul di kompleks Candi Borobudur tepat waktu yaitu pada tanggal 10 Mei 2025 sebagai bagian dari rencana awal mereka.
Informasi ekstra, awalnya kebiasaan thudong ini diikuti oleh 38 biksu. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, dua biksu asal Thailand menjadi sakit sehingga hanya tinggal 36 biksu yang terus melanjutkan petualangan mereka.
Ritual thudong mencakup berbagai prinsip yang dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melaksanakannya, setiap orang diajarkan untuk menjalani gaya hidup sederhana dan terus bersandar pada realitas.