Greta Thunberg: Bergerak dari Forum ke Forum hingga Dideportasi dari Israel ke Prancis
, Jakarta - Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg , dideportasi dari Israel pada Selasa, 10 Juni 2025, setelah sebelumnya ditahan bersama sebelas aktivis lain oleh militer Israel. Mereka berada di atas kapal Madleen, kapal bantuan kemanusiaan berbendera Inggris yang mencoba menembus blokade Gaza melalui perairan internasional.
Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan melalui akun X resminya bahwa Thunberg telah diterbangkan ke Prancis, disertai dua foto sang aktivis di dalam pesawat.
Penahanan itu memicu reaksi keras dari Freedom Flotilla Coalition (FFC), operator kapal bantuan, yang menyebut tindakan Israel sebagai penculikan. FFC juga mengungkap bahwa kapal Madleen dicegat di jarak 185 kilometer sebelah barat Gaza, disemprot zat pengiritasi, dan disadap komunikasinya sebelum para aktivis ditangkap. "Jika Anda melihat video ini, kami telah dicegat dan diculik di perairan internasional oleh pasukan pendudukan Israel atau pasukan yang mendukung Israel," kata Thunberg yang sempat merekam pernyataan sebelum sinyal diputus
Profil Greta Thunberg
Lahir di Stockholm, Swedia pada 3 Januari 2003, Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg atau kerap dikenal sebagai Greta Thunberg tumbuh besar dari keluarga seniman. Ibunya, Malena Ernman, merupakan seorang penyanyi opera. Sedangkan ayahnya, Svante Thunberg, merupakan seorang aktor, dan adiknya, Beata, meniti karier sebagai penyanyi. Anak dari pasangan artis juga didiagnosis sindrom Asperger Pada usia delapan tahun, Greta mulai memahami ancaman krisis iklim. Ia mengubah pola hidup, seperti menolak naik pesawat demi mengurangi jejak karbon, menjadi vegan, dan secara perlahan meyakinkan keluarganya mengikuti langkahnya.
Penghargaan
Dinukil dari laman Time , sejak 2019 hingga 2023, Greta lima kali masuk nominasi Nobel Perdamaian. Pada Desember 2019 dinobatkan sebagai Person of the Year oleh majalah Time . Di usia 16 tahun, ia menjadi tokoh termuda yang menerima gelar itu.
“Thumberg telah menjadi suara paling nyaring untuk isu paling penting di planet ini. Tahun ini krisis iklim berubah dari yang tidak penting menjadi pusat perhatian, dari kebisingan politik menjadi agenda dunia, dan tidak ada yang berbuat lebih banyak untuk mewujudkannya selain Thunberg” tulis Pemimpin Redaksi
Time
, dikutip pada 11 Juni 2025.
Greta Thunberg. Shutterstock/Asatur Yesayants
Pencetus Gerakan Fridays For Future
Pada Agustus 2018, Greta yang kala itu berusia 15 tahun, memulai aksinya dengan berdiri sendirian di depan parlemen Swedia setiap hari Jumat. Poster bertuliskan “ Skolstrejk för Klimatet ” (Mogok Sekolah untuk Iklim) menjadi simbol gerakan Fridays For Future . Aksi ini menyebar ke berbagai negara termasuk Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Finlandia, Denmark, Prancis, dan Belanda. Aksinya memantik ribuan siswa di Eropa untuk turun ke jalan menuntut keadilan iklim. Demonstrasi besar-besaran yang ia galang menarik jutaan orang dan menjadikannya sebagai simbol perlawanan generasi muda terhadap krisis iklim.
Namun pandemi COVID-19 menghentikan momentum gerakan itu. Lockdown di berbagai negara membuat aksi jalanan nyaris lumpuh, dan memberi dampak psikologis bagi para aktivis muda, yang kehilangan ruang mengekspresikan “kecemasan iklim” mereka.
Rekam Jejak Aksi Lewat Berbagai Forum
Setelah itu, panggung Greta meluas. Ia berbicara dalam berbagai aksi di Stockholm, London, hingga Brussels. Ia bahkan mendapatkan undangan untuk berbicara di forum-forum internasional besar, seperti Forum Ekonomi Dunia di Davos dan Parlemen Eropa, serta di hadapan badan legislatif di Italia, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat.
Dilansir dari laman Biography , pada bulan Desember 2018, pidatonya di Konferensi Perubahan Iklim PBB di Katowice, Polandia atau yang dikenal sebagai COP24 menjadi viral, Greta mengatakan “Anda belum cukup dewasa untuk mengatakannya apa adanya,” katanya di pertemuan puncak tersebut, saat berbicara kepada Sekretaris Jenderal. “Bahkan beban itu Anda serahkan kepada kami, anak-anak. Namun, saya tidak peduli dengan popularitas. Saya peduli dengan keadilan iklim dan planet yang hidup.”
Selanjutnya pada 2019, Greta memutuskan cuti setahun dari sekolah dan menyeberangi Atlantik menggunakan kapal bebas emisi untuk menghadiri aksi Global Climate Strike di New York. Di sana ia bertemu Barack Obama dan berbicara di hadapan Kongres AS serta Komite Khusus DPR di Washington DC. Dirinya tidak banyak berbicara di hadapan komite dan menyodorkan laporan IPCC dan menyatakan, “Saya tak ingin kalian dengarkan saya. Saya ingin Anda mendengarkan para ilmuwan.”
Aksinya berlanjut dalam Global Climate Strike di New York, Thunberg berjalan bersama jutaan pengunjuk rasa di New York City untuk menuntut aksi iklim. Demonstrasi tersebut menjadi protes iklim terbesar dalam sejarah dengan aksi yang diikuti total 4 juta orang dari lebih dari 163 negara. Ia kembali mencuri perhatian dunia saat berpidato di KTT Iklim PBB pada 21 September 2019, "Anda telah mencuri mimpi dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong Anda …. Kita berada di awal kepunahan massal dan yang bisa Anda bicarakan hanyalah uang dan dongeng tentang pertumbuhan ekonomi yang abadi. Beraninya Anda!"
Pidatonya itu pun viral, memantik pujian sekaligus olok-olok, termasuk dari Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang menyindir Greta di Twitter: “Gadis muda yang sangat bahagia, menanti masa depan cerah.” Greta tak tinggal diam. Ia membalas sindiran itu dengan mengganti profil Twitter-nya memakai kalimat sindiran itu.
Beberapa hari berselang, Greta bergabung dengan 15 aktivis muda menggugat lima negara, diantaranya Argentina, Jerman, Brasil, Turki, dan Prancis atas pelanggaran janji Paris Agreement yang dinilai melanggar Konvensi Hak Anak PBB. Pada COP25 di Madrid, Desember 2019, Greta kembali menyuarakan keprihatinan. Namun bukan di forum resmi harapan itu ia titipkan. “Harapan tidak terletak di dalam dinding COP25, harapan ada di luar sana bersama Anda,” katanya dalam demonstrasi iklim di jalanan Madrid.
Aksi Lewat Konser Hingga Buku
Pandemi COVID-19 tak menghentikan laju Greta. Ia beralih ke dunia digital, mengkritik komitmen iklim New Zealand yang hanya menargetkan pengurangan emisi 1 persen. Pada April 2021, ia tampil di konser Climate Live di Berlin dan menyerukan perubahan sistem pangan demi menjaga iklim dan kesehatan publik. Kemudian, menurut laman The Archives of Women's Political Communication , pada Mei 2019, ia menerbitkan kumpulan pidato aksi iklimnya yang bertajuk No One Is Too Small to Make a Difference (Tak Seorang pun Terlalu Kecil untuk Membuat Perbedaan).
Di forum Youth4Climate, September 2021, Ia mengutip pidato Joe Biden dan Boris Johnson, menyebut mereka berkhianat terhadap generasi kini dan mendatang. Greta menuding para pemimpin dunia memberikan “janji kosong” dan hanya menghadirkan anak muda terpilih sebagai pajangan. “Ketiadaan tindakan yang disengaja dari para pemimpin kita merupakan pengkhianatan terhadap semua generasi sekarang dan mendatang," ujarnya.
Pada bulan Oktober 2022, ia menerbitkan The Climate Book yang merupakan kumpulan esai oleh para ahli iklim. Tahun berikutnya pada Juni 2023, Thunberg lulus SMA dan kemudian ditangkap karena memprotes The Energy Intelligence Forum di London pada Oktober itu. Ia didakwa karena tidak mematuhi perintah polisi untuk memindahkan protes “Oily Money Out” ke area yang ditentukan. Thunberg mengaku tidak bersalah dan kasusnya kemudian dibatalkan pada Februari 2024.
Aktivisme Pro Palestina
Greta meluaskan aktivismenya pada isu Palestina. Oktober 2023, ia mengunggah foto membawa poster “Stand With Gaza.” Usai dikritik, Greta menegaskan bahwa ia menolak kekerasan Hamas sekaligus menyerukan gencatan senjata dan keadilan untuk semua warga sipil.
Aksinya tak berhenti di media sosial. Mei 2024, ia ditangkap dalam demo pro-Gaza di Universitas Kopenhagen dan Stockholm, dirinya juga terlibat dalam pendirian perkemahan pro-Palestina di Universitas Stockholm. Bulan berikutnya, Juni 2025, Greta bergabung dalam Freedom Flotilla Coalition dan berlayar ke Gaza membawa bantuan simbolis. Namun kapal mereka dihentikan pasukan Israel. Greta dan aktivis lain ditahan dan dikirim kembali melalui pelabuhan Israel.
Greta menyebut misi ke Gaza sebagai bentuk solidaritas. Dari atas kapal, ia mengatakan bahwa dunia telah gagal melindungi rakyat Palestina.
"Kita tidak bisa diam saja dan membiarkan hal ini terjadi. Kami menyaksikan ... genosida yang terjadi, setelah puluhan tahun penindasan sistematis, pembersihan etnis, pendudukan," ujar
Greta Thunberg
kepada